14 Okt 2013
Sebab
setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan
mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku
di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (Ibrani
10:16).
Jika sesuatu dapat
menggantikan segala sesuatu, maka sesuatu tersebut jauh lebih utama dan
sempurna daripada segala sesuatu yang lain. Demikian juga, satu kali
pengorbanan Kristus sudah menggantikan seluruh korban-korban binatang
karena dosa yang dituntut di dalam Perjanjian Lama.
Kesempurnaan pengorbanan Kristus menyelesaikan persoalan dasar manusia karena dosa. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah bagaikan jurang yang sangat lebar dan dalam sehingga tidak terlewati. Hanya di dalam anugerah-Nya, Allah yang sempurna bertindak untuk memulihkan hubungan yang sudah hancur dengan memberikan putera-Nya sebagai satu-satunya korban yang sempurna. Kematian Kristus yang mencurahkan darah-Nya di kayu salib, sebagaimana kita menghayatinya pada hari ini, sebenarnya telah membukakan jalan bagi kita untuk berani masuk ke tempat Allah yang Maha Kudus. Bagaikan tabir yang dibelah dua untuk menghubungkan Tempat Kudus dan Tempat Maha Kudus di Bait Allah, tubuh Kristus dipecah-pecahkan untuk membuka jalan bagi kita berjumpa dengan Allah. Hanya orang yang diperkenan Allah yang dapat masuk mendekati Allah.
Selain itu, di sana kita mempunyai Imam Besar yang melayani ibadah (Ibr. 8:2). Kematian Kristus memenuhi apa yang kita butuhkan untuk dapat hidup berkenan di hadapan Allah. Tanpa karya keselamatan ini, tidak ada satu pun manusia yang dapat mendekati Allah. Karena itu, penulis surat Ibrani memberikan beberapa ajakan praktis dalam nasihatnya. Pertama, ia mengajak kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh. Mendekati Allah harus dengan hati nurani yang bersih, lurus, tulus, benar dan merendah. Kedua, ia mengajak kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita sebab Allah setia. Pengharapan kita kepada Allah bukanlah pengharapan kosong dan sia-sia. Pengharapan menuntut kita berserah sepenuhnya kepada kebaikan dan kemurahan Allah. Pada dua ajakan terakhir, penulis surat Ibrani menekankan pentingnya membangun kehidupan berkomunitas sebagai jemaat Tuhan. Ia mengajak kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Ia juga mengingatkan kita tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, tetapi kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Kita tidak tahu kapan Tuhan datang kembali. Kita hanya tahu bahwa hari Tuhan itu mendekat, karena itu kita lebih baik semakin giat di dalam kehidupan dan pelayanan kita.
Tidak cukup kita mengenang penderitaan dan kematian Yesus, tanpa kita mengalami sepenuhnya karya keselamatan di hadapan Allah yang sudah disediakan melalui kematian Kristus yang sempurna. Alamilah dan syukurilah, serta hidupilah.
Kesempurnaan pengorbanan Kristus menyelesaikan persoalan dasar manusia karena dosa. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah bagaikan jurang yang sangat lebar dan dalam sehingga tidak terlewati. Hanya di dalam anugerah-Nya, Allah yang sempurna bertindak untuk memulihkan hubungan yang sudah hancur dengan memberikan putera-Nya sebagai satu-satunya korban yang sempurna. Kematian Kristus yang mencurahkan darah-Nya di kayu salib, sebagaimana kita menghayatinya pada hari ini, sebenarnya telah membukakan jalan bagi kita untuk berani masuk ke tempat Allah yang Maha Kudus. Bagaikan tabir yang dibelah dua untuk menghubungkan Tempat Kudus dan Tempat Maha Kudus di Bait Allah, tubuh Kristus dipecah-pecahkan untuk membuka jalan bagi kita berjumpa dengan Allah. Hanya orang yang diperkenan Allah yang dapat masuk mendekati Allah.
Selain itu, di sana kita mempunyai Imam Besar yang melayani ibadah (Ibr. 8:2). Kematian Kristus memenuhi apa yang kita butuhkan untuk dapat hidup berkenan di hadapan Allah. Tanpa karya keselamatan ini, tidak ada satu pun manusia yang dapat mendekati Allah. Karena itu, penulis surat Ibrani memberikan beberapa ajakan praktis dalam nasihatnya. Pertama, ia mengajak kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh. Mendekati Allah harus dengan hati nurani yang bersih, lurus, tulus, benar dan merendah. Kedua, ia mengajak kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita sebab Allah setia. Pengharapan kita kepada Allah bukanlah pengharapan kosong dan sia-sia. Pengharapan menuntut kita berserah sepenuhnya kepada kebaikan dan kemurahan Allah. Pada dua ajakan terakhir, penulis surat Ibrani menekankan pentingnya membangun kehidupan berkomunitas sebagai jemaat Tuhan. Ia mengajak kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Ia juga mengingatkan kita tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, tetapi kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Kita tidak tahu kapan Tuhan datang kembali. Kita hanya tahu bahwa hari Tuhan itu mendekat, karena itu kita lebih baik semakin giat di dalam kehidupan dan pelayanan kita.
Tidak cukup kita mengenang penderitaan dan kematian Yesus, tanpa kita mengalami sepenuhnya karya keselamatan di hadapan Allah yang sudah disediakan melalui kematian Kristus yang sempurna. Alamilah dan syukurilah, serta hidupilah.
Doa: Tuhan, semoga hari ini saya dapat menjadi ladang yang subur bagi benih sabdaMu. Amen.
POKOK PIKIRAN
Hati dan Pikiran orang Percaya adalah Ladang Sabda Tuhan
POKOK PIKIRAN
Hati dan Pikiran orang Percaya adalah Ladang Sabda Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar