Sabtu, 04 Mei 2013

SEJARAH BERDIRINYA ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU


A.     LATAR BELAKANG

Sesudah PD I, diberbagai tempat dalam jemaat kota Ambon, Lease dan Seram Selatan telah didirikan Perkumpulan Pemuda Masehi, tetapi terpisah satu dengan yang lain. Perkumpulan Pemuda Masehi ini bertujuan untuk mengumpulkan anak-anak muda di jemaat untuk berhimpun setiap minggu dalam kegiatan-kegiatan ibadah. Hal ini muncul dari keinginan untuk memikul tanggungjawab dalam segala bidang panggilan Kristen yang bersumber pada kepentingan pemberitaan injil, kesaksian dan pelayanan gereja. Mereka tidak mau hanya dijadikan sebagai objek pelayanan gereja semata-mata, tetapi ingin terlibat bersama-sama dalam berbagai masalah gerejawi. Mereka malah mendesak gereja untuk melihat dan memberikan tempat yang wajar bagi keterlibatannya ke dalam gereja bersama para pelayan firman dan majelis jemaat.

Tahun 1925 dengan dipelopori oleh Ds. E.A.A. de Vrede, di kota Ambon didirikan perkumpulan pemuda Kristen dengan nama “De Dageraad (Fajar)” bagi pemuda-pemudi Kristen yang berbahasa Belanda. Di kepulauan Babar dalam Konperensi Guru-Guru tanggal 28-29 Oktober 1930 yang dilaksanakan di Tepa telah muncul keinginan untuk mendirikan perkumpulan Pemuda Masehi. Pada tahun ini pula di pulau Kisar telah terbentuk perkumpulan-perkumpulan Pemuda Masehi.
Pada tahun 1932 telah muncul desakan dan suara-suara keras dari  banyak kalangan dan perkumpulan Pemuda Masehi untuk mempersatukan seluruh perkumpulan Pemuda Masehi di setiap jemaat, dan mereka harus mempunyai seorang Sekretaris Umum (Algemene Secretaris). Semangat dan dorongan dari berbagai tokoh Kristen untuk membentuk suatu gerakan Pemuda Kristen di seluruh Maluku juga disampaikan dalam Konperensi Pemuda-Pemuda Masehi Indonesia di Belanda pada bulan Desember 1930 yang diprakarsai oleh P. A. Tiendas dan W. H. Tutuarima.
Keinginan untuk membentuk perkumpulan Pemuda Masehi Maluku itu kemudian mendapat kekuatannya dalam Rapat Proto Sinode yang sedang mempersiapkan berbagai hal bagi berdirinya Gereja Protestan Maluku. Dalam rapat yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 1933 itu khusus dibicarakan tentang perkumpulan-perkumpulan Pemuda Masehi, dan tanggal tersebut kemudian ditentukan sebagai Hari Berdirinya Organisasi Angkatan Muda GPM.
Setelah itu, di pulau Ambon tidak ada lagi perkumpulan-perkumpulan Pemuda Kristen di setiap jemaat yang berdiri sendiri tetapi sudah menjadi satu Persatuan Pemuda Masehi Ambon (PPMA).  Pada tanggal 23 dan 24 Oktober 1934 di Gereja Batugantung (Rehoboth) dilaksanakan Konperensi I dari pemimpin-pemimpin pemuda berbahasa Melayu se-Maluku yang dihadiri oleh 200 orang peserta. Di Tanimbar, Rapat Umum I diadakan pada bulan November 1937 untuk mempersatukan seluruh perkumpulan pemuda di jemaat-jemaat yang dihadiri oleh 4000 orang.
Dengan terbentuknya Gereja Protestan Maluku pada tanggal 06 September 1935 sebagai gereja yang berdiri sendiri, makin memberikan dorongan untuk mempercepat proses bagi pembentukan satu organisasi pemuda Kristen di dalam GPM.
B.     PERSATUAN PEMUDA MASEHI MALUKU ( PPMM )
Harapan dan keinginan gereja untuk membentuk satu organisasi pemuda Kristen dalam GPM baru terwujud pada tahun 1940 dengan terbentuknya “Persatuan Pemuda Masehi Maluku (PPMM)” yang menghimpun seluruh perkumpulan pemuda Kristen dalam wilayah pelayanan GPM.
Dalam  musyawarah PPMM I dibentuk Badan Pengurus lengkap yang dipimpin oleh Pdt. W. H. Tutuarima sebagai Ketua dan Pdt. S. Marantika sebagai Penyurat. Sedangkan Peraturan Umum PPMM telah disahkan sejak Sidang Sinode tahun 1938. Kedudukan Ketua PPMM ditunjuk oleh Badan Pekerja Sinode GPM dan harus seorang Pendeta, dengan alasan bahwa tujuan utama PPMM adalah untuk mempersiapkan pemuda gereja bagi tugas dan tanggungjawab bergereja.
Moto PPMM dikutip dari Alkitab dalam Kitab ALCHATIB (Pengkhotbah) 12 : 1a “INGATLAH CHALIKMU PADA MASA MUDAMU”, sedangkan Lagu Wajib diambil dari Nyanyian Dua Sahabat Lama Nomor 141 : 1, 2 & 3 “BERJALAN DI TERANG”.
Melalui PPMM ini pula sejarah gerakan oikumene pemuda Kristen dimulai seiring dengan hadirnya  Ketua Umum atas nama PPMM pada Konperensi Pemuda Kristen Sedunia di Oslo tanggal 21 – 31 Juli 1947.
Dalam Konperensi PPMM tanggal 31 Maret & 1 April 1948 diputuskan untuk merobah nama PPMM menjadi PPKM (Persatuan Pemuda Kristen Maluku).
C.     PERSATUAN PEMUDA KRISTEN MALUKU ( PPKM )
Usulan perobahan nama PPMM menjadi PPKM telah disampaikan dalam Sidang Sinode tahun 1948 tetapi baru diputuskan dalam Sidang Sinode tanggal 14 – 21 Maret 1949 dan sekaligus menunjuk Pdt. M. H. Loupatty sebagai Ketua Umum.
PPKM saat itu berada dalam pergumulan rangkap sebagai wadah gereja dan wadah yang bergerak di tengah-tengah suasana perjuangan bangsa dan kekacauan politik daerah yang sangat mempengaruhi aktivitas organisasi. PPKM yang ikut bersama-sama seluruh pemuda Kristen dan pemuda lainnya di Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan harus kembali berhadapan dengan situasi politik daerah yang kacau seiring dengan diproklamirkannya RMS pada tahun 1950. Kecuali ranting-ranting yang hanya beraktivitas dalam rutinitas ibadah, seluruh aktivitas organisasi lainnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini merupakan tantangan berat bagi Pengurus Besar dalam tugas koordinasinya untuk tetap memimpin dan mengarahkan organisasi sesuai arah, tujuan dan misinya berdasarkan pada realita masyarakat Indonesia yang merdeka.
Menyusul pelaksanaan Konperensi IV Majelis Pemuda Kristen Oikumenis (MPKO) pada bulan April 1954 di Aula Institut Theologia, PPKM melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Panti Pemuda (kini Baileo Oikumene).
Sampai dengan tahun 1956, PPKM telah menetapkan arah organisasi yang lebih jelas sebagai organisasi pemuda Kristen yang lebih terbuka ke dalam dunia dan secara sadar mulai ditarik oleh arus gerakan oikumene.
Seiring dengan situasi baru dalam negara RI, maka PPKM dibawah pimpinan Pdt. W. Pelupessy sebagai Ketua Umum dan F. M. Siahaya sebagai Sekretaris Umum pada tanggal 22 Juni 1961 merobah Anggaran Dasar PPKM dengan menambahkan bagian kalimat : “Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka PPKM berkewajiban turut serta dalam pembangunan nasional di segala bidang.”
Dalam Kongres XIII PPKM di kota Ambon pada tanggal 16 – 18 Juli 1962, ditetapkan beberapa keputusan penting dalam sejarah perkembangan organisasi ini, yaitu  :
·         Mengusulkan kepada Sinode untuk mengubah nama PPKM menjadi Angkatan Muda GPM.
·         Bertekad turut aktif dalam Trikora untuk mengembalikan Irian Barat ke dalam Wilayah Indonesia.
·         Mengusulkan supaya Ketua Umum adalah tenaga full time dan supaya generasi muda gereja lebih mendapat perhatian khusus.
Dalam tahun pelajaran 1963/1964, Pengurus Besar PPKM mendirikan Taman Kanak-Kanak yang diberi nama TALENTA.
3.     ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU
Pada tanggal 21 – 28 November 1965 dalam kongres PPKM XIV di Saparua, secara aklamasi ditetapkan perubahan nama PPKM menjadi Angkatan Muda GPM. Pokok – pokok pikiran yang menjadi landasan perubahan nama tersebut adalah :
·         Nama PPKM terlampau umum padahal organisasi ini adalah organisasi pemuda GPM, dibentuk dan diasuh oleh GPM.
·         Istilah “ Persatuan” terlampau statis dan kurang mempunyai prespektif yang dinamis sesuai semangat kepemudaan.
·         Nama Angkatan Muda GPM menunjuk kepada hakekat dinamis generasi ini dan sekaligus menentukan warnanya sebagai organisasi pemuda Gereja dari GPM, tanpa adanya suatu interpretasi yang lain.
Perubahan nama ini sekaligus juga membuat perubahan dalam struktur organisasi dan kepemimpinan. Ketua umum dan sekretaris umum dipilih langsung oleh Kongres dan disahkan oleh Sinode GPM. Juga ditetapkan semboyan yang baru yaitu : KAMU ADALAH TERANG DUNIA  ( Matius 5 : 14a ). Dan lagu wajib diintroduksir oleh Pdt. F. C. Lewier yang ragamnya berlatarbelakang nyanyian Orang  Musafir Yang Berkemah. Tanggal 23 – 30 Desember 1967  AMGPM melaksanakan Kongres XV di  Kota Ternate, yang memilih Pdt. P. Tanamal menjadi Ketua Umum dan H.F Siwabessy sebagai Sekretaris umum. Kongres XVI dilaksanakan di Souhuru tanggal 29 Pebruari – 7 Maret 1971 yang memilih Pdt. P. Tanamal STh sebagai Ketua Umum dan Pdt. L. Z. Raprap sebagai sekretaris umum. Kongres ini juga dihadiri oleh utusan dari AMGPM di Nederland. Kongres XVII dilaksanakan di Leksula pada bulan November 1972.
Setelah melewati pasang surut  perjalanan organisasi  sampai dengan tahun 2000 dalam Kongres XXV di Kota Ambon dilakukan perubahan  terhadap batas usia keanggotaan dan perluasan struktur pengurus, serta Moto baru yaitu KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA ( Mat. 5 : 13a & 14a ).  Melalui Kongres ini pula dikeluarkan rekomendasi untuk melaksanakan Kongres Istimewa II di Aboru pada tanggal 19 November 2001 untuk melakukan perubahan dan penyempurnaan terhadap AD/ART AMGPM. Selanjutnya didalam MPP XVI di Weduar tanggal 9 November 2002 telah disahkan logo, lagu wajib, dan tata tertib sidang – sidang.
Semuanya itu menapakkan sikap dan komitmen pemuda Gereja dalam prespektif paradigma baru  sebagai organisasi yang tumbuh dan berakar pada Gereja serta bermuara pada masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar